Tahun 2070 mendatang, lebih dari 30% habitat platipus akan terlalu panas untuk ditinggali.
Platipus biasa berenang di air bersuhu 0 derajat Celcius.
Diperkirakan, pada tahun 2070 mendatang, lebih dari 30 persen habitat platipus saat ini akan terlalu panas bagi mereka untuk bertahan hidup.Bulu tebal dan anti air yang sempat membuat platipus (Ornithorhynhus anatinus) menjadi target bagi para pemburu kini kembali menghadirkan ancaman bagi hewan unik tersebut. Australia, yang menjadi tempat tinggal platipus dalam waktu dekat akan menjadi terlalu panas hingga mereka tidak lagi bisa bertahan hidup di sana.
Seperti diketahui, bulu platipus sangat hangat dan rapat sehingga membuat hewan semi akuatik ini tidak kehilangan panas tubuh. Ini sangat penting mengingat platipus menghabiskan waktu hingga 10 jam per hari dalam air dan aliran sungai yang suhunya mencapai 0 derajat Celcius.
Sayangnya, kelebihan ini jusru membuat spesies itu terancam karena perubahan iklim telah memanaskan suhu di Australia. Dari penelitian terbaru yang dipublikasikan di Global Change Biology, diperkirakan di tahun 2070 mendatang, lebih dari 30 persen habitat platipus saat ini akan terlalu panas bagi mereka.
Dari pemodelan yang dibuat, peneliti memperkirakan, kawasan New South Wales, Queensland, dan Victoria, yang merupakan habitat platipus akan mengalami kenaikan suhu hingga 5 derajat Celcius dalam 60 tahun ke depan.
“Bulu yang sangat mengisolasi ini merupakan aset bagi hewan pada iklim dingin. Namun demikian, bulu menjadi beban saat kondisi menghangat,” kata Jenny Davis, dosen dan ekolog dari Monash University, Australia, seperti dikutip dari BBC News, 24 Juni 2011.
Untuk penelitian, Davis dan timnya mempelajari catatan distribusi platipus selama dua abad terakhir. Data kemudian dikombinasikan dengan statistik curah hujan dan temperatur. Dari analisis, terungkap bahwa hingga 1960, habitat platispu umumnya ditentukan oleh jumlah curah hujan.
Setelah 1960, hewan tersebut menghilang dari kawasan di mana temperaturnya secara umum telah meningkat. Menurut Davis, hasil penelitian ini mengindikasikan adanya kebutuhan untuk menjaga tidak hanya habitat hewan akuatik ini, tetapi juga temperatur arus air.
Hingga abad ke 20, platipus merupakan hewan buruan yang bulunya sangat diminati. Beruntung kini hewan itu telah dilindungi oleh undang-undang di Australia.
Platipus sendiri adalah salah satu dari lima spesies mamalia yang bertelur. Mereka juga merupakan satu-satunya anggota dari genus Ornithorhynchus yang masih hidup. Platipus juga merupakan satu-satunya mamalia yang berbisa di seluruh dunia.
sumber
Diperkirakan, pada tahun 2070 mendatang, lebih dari 30 persen habitat platipus saat ini akan terlalu panas bagi mereka untuk bertahan hidup.Bulu tebal dan anti air yang sempat membuat platipus (Ornithorhynhus anatinus) menjadi target bagi para pemburu kini kembali menghadirkan ancaman bagi hewan unik tersebut. Australia, yang menjadi tempat tinggal platipus dalam waktu dekat akan menjadi terlalu panas hingga mereka tidak lagi bisa bertahan hidup di sana.
Seperti diketahui, bulu platipus sangat hangat dan rapat sehingga membuat hewan semi akuatik ini tidak kehilangan panas tubuh. Ini sangat penting mengingat platipus menghabiskan waktu hingga 10 jam per hari dalam air dan aliran sungai yang suhunya mencapai 0 derajat Celcius.
Sayangnya, kelebihan ini jusru membuat spesies itu terancam karena perubahan iklim telah memanaskan suhu di Australia. Dari penelitian terbaru yang dipublikasikan di Global Change Biology, diperkirakan di tahun 2070 mendatang, lebih dari 30 persen habitat platipus saat ini akan terlalu panas bagi mereka.
Dari pemodelan yang dibuat, peneliti memperkirakan, kawasan New South Wales, Queensland, dan Victoria, yang merupakan habitat platipus akan mengalami kenaikan suhu hingga 5 derajat Celcius dalam 60 tahun ke depan.
“Bulu yang sangat mengisolasi ini merupakan aset bagi hewan pada iklim dingin. Namun demikian, bulu menjadi beban saat kondisi menghangat,” kata Jenny Davis, dosen dan ekolog dari Monash University, Australia, seperti dikutip dari BBC News, 24 Juni 2011.
Untuk penelitian, Davis dan timnya mempelajari catatan distribusi platipus selama dua abad terakhir. Data kemudian dikombinasikan dengan statistik curah hujan dan temperatur. Dari analisis, terungkap bahwa hingga 1960, habitat platispu umumnya ditentukan oleh jumlah curah hujan.
Setelah 1960, hewan tersebut menghilang dari kawasan di mana temperaturnya secara umum telah meningkat. Menurut Davis, hasil penelitian ini mengindikasikan adanya kebutuhan untuk menjaga tidak hanya habitat hewan akuatik ini, tetapi juga temperatur arus air.
Hingga abad ke 20, platipus merupakan hewan buruan yang bulunya sangat diminati. Beruntung kini hewan itu telah dilindungi oleh undang-undang di Australia.
Platipus sendiri adalah salah satu dari lima spesies mamalia yang bertelur. Mereka juga merupakan satu-satunya anggota dari genus Ornithorhynchus yang masih hidup. Platipus juga merupakan satu-satunya mamalia yang berbisa di seluruh dunia.
sumber
0 comments:
Post a Comment