Dai Haifei, seorang arsitek yang baru lulus ini memutuskan membuat hunian sendiri berbentuk telur setelah tak mampu lagi membayar sewa apartemen di Beijing. Dan tampaknya ide Haifei telah menjadi tren hidup baru untuk tinggal di ruang kecil sebagai pengganti hunian berbayar sewa.
Struktur bangunan dengan tinggi 6 kaki/ sekitar 2 meter, yang cukup kecil dan muat di tempatkan di trotoar, terbuat dari potongan bambu, kepingan kayu, tas karung pada dinding luar, dan biji rumput yang diperkirakan akan tumbuh di musim semi. Terdapat dua roda di bawahnya sehingga bisa berpindah-pindah dengan mudah.
Telur ini memiliki panel surya di atap sebagai kekuatan lampu untuk ruang yang nyaman. Biaya untuk membangun rumah ini dibutuhkan biaya US$ 1000 atau sekitar Rp9 juta, menurut China Daily.
Di bagian dalam telur raksasa ini terdapat bambu yang memisahkan kayu dan biji-bijian rumput. "Benih ini nanti akan tumbuh alami di lingkungannya," jelas Dai.
Hunian unik ini jaraknya hanya beberapa langkah dari kantor Dai dimana ia akan menghabiskan waktu sampai tengah malam sebelum tidur di dalam 'telurnya'.
"Hanya ada satu tempat tidur, sebuah tangki air dan lampu di dalamnya," terang Dai.
Ia mulai membangun rumah telurnya dari Juli hingga September 2009 dgn rincian:
Wheels 160
Rope ties 125
Grinder 31
Water tank, pump 95
Steel 573
Drills 18
Bamboo 375
Tools 210
Glue 200
Waterproof fabrics 508
Solar Panels 970
Square rods 30
Screws 115
Paint 284
Welders 260
Spray gun 450
Gauze 600
Insulation 100
Grass seeds 110
Energy-saving lamps 36
Air support 50
Plexiglass 160
Washbasin 60
Steel mesh 240
Total 6427 Yuan
Setelah jadi, rumah dikirim dari Hunan menuju Beijing dgn biaya 3500 Yuan, Jadi dengan biaya kurang dari 10,000 Yuan ia sudah bisa memiliki rumah di Beijing.
Struktur bangunan dengan tinggi 6 kaki/ sekitar 2 meter, yang cukup kecil dan muat di tempatkan di trotoar, terbuat dari potongan bambu, kepingan kayu, tas karung pada dinding luar, dan biji rumput yang diperkirakan akan tumbuh di musim semi. Terdapat dua roda di bawahnya sehingga bisa berpindah-pindah dengan mudah.
Telur ini memiliki panel surya di atap sebagai kekuatan lampu untuk ruang yang nyaman. Biaya untuk membangun rumah ini dibutuhkan biaya US$ 1000 atau sekitar Rp9 juta, menurut China Daily.
Di bagian dalam telur raksasa ini terdapat bambu yang memisahkan kayu dan biji-bijian rumput. "Benih ini nanti akan tumbuh alami di lingkungannya," jelas Dai.
Hunian unik ini jaraknya hanya beberapa langkah dari kantor Dai dimana ia akan menghabiskan waktu sampai tengah malam sebelum tidur di dalam 'telurnya'.
"Hanya ada satu tempat tidur, sebuah tangki air dan lampu di dalamnya," terang Dai.
Ia mulai membangun rumah telurnya dari Juli hingga September 2009 dgn rincian:
Wheels 160
Rope ties 125
Grinder 31
Water tank, pump 95
Steel 573
Drills 18
Bamboo 375
Tools 210
Glue 200
Waterproof fabrics 508
Solar Panels 970
Square rods 30
Screws 115
Paint 284
Welders 260
Spray gun 450
Gauze 600
Insulation 100
Grass seeds 110
Energy-saving lamps 36
Air support 50
Plexiglass 160
Washbasin 60
Steel mesh 240
Total 6427 Yuan
Setelah jadi, rumah dikirim dari Hunan menuju Beijing dgn biaya 3500 Yuan, Jadi dengan biaya kurang dari 10,000 Yuan ia sudah bisa memiliki rumah di Beijing.
Meskipun sederhana, Dai merasa nyaman tinggal di dalamnya, walau terkadang udara dingin menusuk. "Yang penting bagi saya adalah bisa menghemat uang," ungkapnya kepada wartawan.
Dai terinspirasi membangun rumah senilai US$964 (Rp8,7 juta) ini setelah menghadiri Shanghai Biennale Exhibition 2010.
Ketika itu ia tertarik pada sebuah proyek arsitektur novel disebut "Kota Telur".
"Saya terkesan pada gagasan hijau bangunan rumah. Apalagi di kota seperti Beijing harga sewa hunian untuk selevel saya menjadi beban besar," kata Dai.
Dai terinspirasi membangun rumah senilai US$964 (Rp8,7 juta) ini setelah menghadiri Shanghai Biennale Exhibition 2010.
Ketika itu ia tertarik pada sebuah proyek arsitektur novel disebut "Kota Telur".
"Saya terkesan pada gagasan hijau bangunan rumah. Apalagi di kota seperti Beijing harga sewa hunian untuk selevel saya menjadi beban besar," kata Dai.
0 comments:
Post a Comment